Pesantren.
Merupakan suatu tempat yang mengumpulkan berbagai macam manusia menjadi
masyarakat yang homogen.
Dengan nilai keagamaan yang kental sebagai landasan aktivitas sehari hari.
Gue pikir begitulah seharusnya kita hidup. Tidak menggeser fitrah kita sebagai
makhluk Tuhan; menjalankan perintahnya, menjalankan kewajiban kita, atas tujuan
kita hidup di dunia; ibadah.
Di pesantren berbagai macam karakter manusia, dari berbagai macam suku,
dari berbagai macam budaya, dari berbagai macam lingkungan keluarga yang
saaangat berbeda beda menjadi satu. Mengharuskan melakukan aktivitas yang sama,
pakaian yang serupa, ibadah yang
terjadwal, belajar yang sama, pelajaran yang sama, rumah yang sama, buku-buku yang sama. Semua
begitu homogen. Tapi karakter atau sifat-sifat individunya tentu berbeda beda.
Sehingga disinilah ekspresi bisa tertuang sebebas-bebasnya di dalam
aturan-aturan pesantren yang semaksimal mungkin menuntun kita menggapai RidhoNya
dan menghindari kita melakukan hal-hal yang dilarangNya. Disinilah masa remaja
kita terasa bahagia sekaligus terkontrol dalam menghindari hal yang sia-sia.
Gue pikir, begitulah hidup.
Semestinya.
Ketika kita semua tahu tujuan hidup di dunia adalah ibadah, maka yang harus
dilakukan adalah taat. Sayangnya kita semua juga tahu, taat itu perlu kekuatan
dan kesabaran. Itulah mengapa surga jaminannya bagi yang bertahan, bukan goodie
bag dan make up kit dari wardah (hadiah
doorprize seminar kali ah).
Dari pesantren, kita melihat dunia atas orientasi akhirat. Memupuk ilmu
yang cukup dan tekat yang kuat.
Sayangnya, ga semua tekat itu bertahan lama.
###
Maka pada hari itu, gue kembali diingatkan.
Pagi itu tumben-tumbennya gue ke kampus pagi-pagi hampir jam delapan untuk
skripsian. Sampai di bengkel ARL (Arsitektur Lanskap) gue membuka bubur ayam yang
dibeli di depan alfamidi dan mulai makan. Bengkel sepi karena gatau kenapa,
mungkin udah pada masuk kelas buat UTS. Tapi di samping serong kiri gue ada
seorang mahasiswi, sepertinya dari jurusan lain. Gue perhatiin dia lagi membaca
Qur’an sambil membuka hapenya. Ternyata ia sedang mendengarkan lantunan ayat
yang sama. Lalu dia ulangi dengan mengikuti bacaannya. Surat pendek Juz 30. Dia
pause videonya untuk membacanya lagi. Kemudian didegerin lagi. Perlahan-lahan
dan khusyu. Dan seterusnya sampai selesai. Sampai bubur ayam gue juga abis.
Hari itu gue kembali dingatkan gimana tekat harus membawa diri kita
kemanapun melangkah. Bukan lagi soal lingkungan dimana kita berada.
Setiap manusia pasti berubah. Gue yang masih kayak gini suatu saat siapa
tau bisa jadi lebih baik. Atau sebaliknya. Maka yang sudah pasti adalah hari
ini.
Maka salah satu doa yang pasti untuk hari ini
“Ya Allah, bimbing hamba..
dan juga....”
dan juga....”
Mungkin tidak perlu dilanjutkan,
karena doa diam-diam untuk orang lain akan lebih terkabulkan.
karena doa diam-diam untuk orang lain akan lebih terkabulkan.
Maka, mohon doa dari kalian juga ya :)
Tapi, diam-diam saja..
2 komentar:
Hai kakakk.
Ceritain kisah kakak di pesantren selama 6 tahun dong :D
mantap cohhh
Posting Komentar