“tanganmu?”ia meraih tanganku
“ah ini.. “
“sakit kan?” tanyanya. aku tersenyum getir. Iya.
Jawabku dalam hati
“kemarin hujan turun” kataku.
“lagi?” dan esok hari sepertinya akan selalu begini.
“ya, kau tahu? Aku sudah biasa. Tak perlu kawatir, hahaha” haha!
Siapa yang khawatir kay?
“siapa? Aku? Kawatir sama kamu? Untuk apa?” senyumnya jahil.
Keh!
“tak ada.. oh mungkin angin.” Hahaha ia bingung,
mengerinyitkan dahinya.
“hahaha kamu kuat kay, aku tahu” ia tersenyum yakin,
kemudian ia
menyeruput mocca hangatnya.
Kutinju lengannya, bugh!
“argh!” ia kesakitan “ngajak ribut nih? Ah aw… pukulanmu
sakit kay” lalu meringis
“hahahaha tentu saja, kau tahu, aku kuat kan..”
Aku menghela nafas. Uap hangat berhembus dari mulutku. Aku
lemah Jo.
“heeeei awas kau kay!” ia pura-pura mencekikku dengan
lengannya
Kemudian perlahan pandanganku kabur. Lalu semua terasa gelap.
E
“Bukan Ra, aku hanya ingin dia bisa merasakannya,
menikmatinya. Toh selama ini aku tak membiarkannya bebas sepenuhnya”
“tapi Kay berbeda pa. Ara juga
tahu, Ara ngerti, Kay ingin bisa menikmati hari-harinya. “ air dari mata wanita
itu tak lagi terbendung. Jatuh perlahan menyusuri wajahnya. “Ara Cuma ngga
ingin ia hanya mendapat harapan yang..” air matanya jatuh lagi “yang tak tampak
nyata untuknya..”
Kali ini mukanya basah sudah.
“maksud kamu?”
“ya… papa membuatnya merasa bebas
dan bisa melakukan apasaja yang dia ingin pa. padahal papa tahu sendiri. Kay nggak
mungkin…”
“ Ra, lebih baik dia punya
harapan. Walaupun kecil, atau mustahil. Daripada tak punya sama sekali.”
Ara menggeleng.
“Lebih baik dia menyesuaikan
harapannya.”
Kemudian mereka berdua menangis
sesegukan. Mengkhawatirkan nasib Kay yang sudah tidak bisa diapa-apakan lagi. 5
tahun kemudian Kay meninggal. Dengan harapannya yang tertempel di dinding
kamarnya. Lalu perjuangan kay melawan penyakitnya dibukukan dan menginspirasi
banyak orang. Jo sepupu dekatnya stress dan memutuskan untuk melanjutkan semua
mimpi-mimpi Kay.
TAMAT
...(-σ  ̄∀ ̄)-σ………………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar